Padamu yang ingin kupanggil Sahabat
Tw rasanya ga berhasil dapetin apa yg pas buatmu karena lingkungan di sekitarmu? Ketika kamu menemukan seorang sahabat yg sebenernya pas buatmu, yg sebenernya sefikroh, yg sebenernya klop bgt sama kamu, tapi karena lingkungan di sekitarmu yg begitu aneh, kamu jadi ga bisa bebas temenan sama dia. I do feel it. I have it for twice.
Yg 1 lelaki. Kita sefikroh, goal setting kita sama, cuma kadang jalannya beda. Tapi seru. Dg perbedaan itu, kita bisa brainstorming dan terkaget-kaget dg jalan pikiran 1 saa lain. Kadang juga kita akhirnya harus perang. Tapi serunya lagi, kita yg kalo diteliti sih punya beberapa kesamaan itu (salah 1 nya agak egois), akhirnya bisa belajar sabar ngadepin 1 sama lain. Seru! Seru untuk melihat cerminan dirimu sendiri. Tapi apa daya, lingkungan seolah begitu berlebihan menterjemahkan bahasa komunikasi kami. Atau bahkan sebenarnya toh mereka tidak pernah terlibat dg kami. Mereka hanya berharap, menduga dan berkhayal! Berharap ada percikan api merah muda di antara kami, lalu menduga ada komunikasi spesial antara kami, lantas berhayal ada hubungan manis antara kami. Padahal jika mereka melihat lebih dekat, komunikasi kami tidak spesial bahkan hubungan kami lebih sering penuh dengan kegetiran adu argumen. Tapi toh nyatanya, mereka mampu membuat kami berjarak pada masa itu. Lantas, kuakui sulit untuk menjawab godaan mereka dg jawaban skak mat! Karena dy itu mangga. Aku suka semua jenis mangga, meski bukan arum manis. Dy bukan arum manis. Dy mangga kweni yg wangi sekali. Bahkan tercium hingga bermeter-meter jauhnya. Tapi aku tw, dalamnya boleng/tumangan/ada uletnya. Jadi y, aku pasti berjarak. Suka dg mangga dan bahkan wanginya begitu mempesona, tapi takut dan bahkan ga suka dg "kerusakan" di dalamnnya. Akhirnya? Yaaa kami berjarak. Yg semakin hari semakin jauh. Dan ketika kutulis hari ini, ada sedikit kekecewaan di sini. Lalu beberapa tanya mengapa. Lalu perandaian yg tak mungkin terupaya. Lalu segenggam hati yg terus meneriakkan "ikhlaskan!".
Yg lain, sahabatku perempuan. Sama. Seorang yg sefikroh. Seseorang yg punya pemikiran unik juga. Sayang, gayanya yg unik itu sulit diterima oleh sebagian besar teman2 di sini. Dan aku bukanlah sahabat yg mampu menjaganya. Tak mampu membelanya di hadapan teman2 yg lain. Aku tersudut. Dan seperti orang backstreet, aku tetap menjaga komunikasiku dgnya dari belakang. Yg kutampakkan tak terlalu akrab, namun sesungguhnya hati ini begitu mencintainya. Hingga aku pun tak tw apakah rabithahku tersampaikan. Yg ada, sempat ia pergi tanpa menoleh padaku. Bahkan ketika aku melambaikan tangan di belakangnya, ia tetap berlalu mungkin hanya melirik sedikit. Ia pergi, dan aku tetap menjaganya dalam hati, mengingatnya dalam balutan doa dan menyapanya lewat dunia maya. Kadang dibalas, kadangpun hening. Biarkan. Aku mungkin memang salah. Maka yg mampu kulakukan hanya meniadakan kata lelah terhadapnya. Maka suatu hari indah itu tiba. Mungkin amarahnya telah berlalu, mungkin ia telah memaafkanku. Maka kami kembali baik. Terserah teman2 tw atau tidak. Mungkin tw, atau tidak. Aku tak peduli. Pada saat dimana aku menulis ini,kupastikan aku akan pergi juga. Dan tiada teman2 yg peduli lagi dgnya. Hanya aku dan kebebasanku utk bersahabat dgnya.
*dedicated to : 2 sahabat 1 jurusan* 11/7/2013
Yg 1 lelaki. Kita sefikroh, goal setting kita sama, cuma kadang jalannya beda. Tapi seru. Dg perbedaan itu, kita bisa brainstorming dan terkaget-kaget dg jalan pikiran 1 saa lain. Kadang juga kita akhirnya harus perang. Tapi serunya lagi, kita yg kalo diteliti sih punya beberapa kesamaan itu (salah 1 nya agak egois), akhirnya bisa belajar sabar ngadepin 1 sama lain. Seru! Seru untuk melihat cerminan dirimu sendiri. Tapi apa daya, lingkungan seolah begitu berlebihan menterjemahkan bahasa komunikasi kami. Atau bahkan sebenarnya toh mereka tidak pernah terlibat dg kami. Mereka hanya berharap, menduga dan berkhayal! Berharap ada percikan api merah muda di antara kami, lalu menduga ada komunikasi spesial antara kami, lantas berhayal ada hubungan manis antara kami. Padahal jika mereka melihat lebih dekat, komunikasi kami tidak spesial bahkan hubungan kami lebih sering penuh dengan kegetiran adu argumen. Tapi toh nyatanya, mereka mampu membuat kami berjarak pada masa itu. Lantas, kuakui sulit untuk menjawab godaan mereka dg jawaban skak mat! Karena dy itu mangga. Aku suka semua jenis mangga, meski bukan arum manis. Dy bukan arum manis. Dy mangga kweni yg wangi sekali. Bahkan tercium hingga bermeter-meter jauhnya. Tapi aku tw, dalamnya boleng/tumangan/ada uletnya. Jadi y, aku pasti berjarak. Suka dg mangga dan bahkan wanginya begitu mempesona, tapi takut dan bahkan ga suka dg "kerusakan" di dalamnnya. Akhirnya? Yaaa kami berjarak. Yg semakin hari semakin jauh. Dan ketika kutulis hari ini, ada sedikit kekecewaan di sini. Lalu beberapa tanya mengapa. Lalu perandaian yg tak mungkin terupaya. Lalu segenggam hati yg terus meneriakkan "ikhlaskan!".
Yg lain, sahabatku perempuan. Sama. Seorang yg sefikroh. Seseorang yg punya pemikiran unik juga. Sayang, gayanya yg unik itu sulit diterima oleh sebagian besar teman2 di sini. Dan aku bukanlah sahabat yg mampu menjaganya. Tak mampu membelanya di hadapan teman2 yg lain. Aku tersudut. Dan seperti orang backstreet, aku tetap menjaga komunikasiku dgnya dari belakang. Yg kutampakkan tak terlalu akrab, namun sesungguhnya hati ini begitu mencintainya. Hingga aku pun tak tw apakah rabithahku tersampaikan. Yg ada, sempat ia pergi tanpa menoleh padaku. Bahkan ketika aku melambaikan tangan di belakangnya, ia tetap berlalu mungkin hanya melirik sedikit. Ia pergi, dan aku tetap menjaganya dalam hati, mengingatnya dalam balutan doa dan menyapanya lewat dunia maya. Kadang dibalas, kadangpun hening. Biarkan. Aku mungkin memang salah. Maka yg mampu kulakukan hanya meniadakan kata lelah terhadapnya. Maka suatu hari indah itu tiba. Mungkin amarahnya telah berlalu, mungkin ia telah memaafkanku. Maka kami kembali baik. Terserah teman2 tw atau tidak. Mungkin tw, atau tidak. Aku tak peduli. Pada saat dimana aku menulis ini,kupastikan aku akan pergi juga. Dan tiada teman2 yg peduli lagi dgnya. Hanya aku dan kebebasanku utk bersahabat dgnya.
*dedicated to : 2 sahabat 1 jurusan* 11/7/2013
Komentar
Posting Komentar